Zona Malang – Sebuah tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil menciptakan solusi pembelajaran inovatif untuk mengatasi kesulitan belajar geografi yang dihadapi oleh siswa slow learner.

Melalui media yang mereka namakan “Interactive Smart Box Explorer Map”, para mahasiswa mengubah materi peta yang abstrak menjadi pengalaman belajar yang konkret dan menyenangkan.

Kegiatan pengabdian yang dilaksanakan di perpustakaan SDN Sukun 2 ini secara khusus menargetkan siswa slow learner di kelas 4 dan 5. Hasilnya, para siswa yang biasanya sulit fokus kini terlihat sangat antusias dan aktif berpartisipasi dalam setiap sesi.

Media “Smart Box Explorer Map” ini merupakan sebuah kotak pintar yang berisi peta tiga dimensi (3D) Pulau Jawa dan dilengkapi dengan kartu flashcard interaktif. Pendekatan ini dirancang untuk memberikan pengalaman belajar multi-sensori. Siswa tidak hanya melihat, tetapi juga bisa menyentuh dan merasakan kontur geografis secara langsung.

“Kami ingin mereka mengenal kota-kota di Jawa tidak hanya melalui gambar datar, tetapi melalui bentuk yang lebih nyata,” jelas salah satu anggota tim PKM UMM. Proses pembelajaran dimulai dengan pengenalan simbol-simbol peta melalui flashcard, dilanjutkan dengan observasi peta 3D, dan diakhiri dengan permainan eksplorasi di mana siswa menebak letak kota berdasarkan petunjuk.

Respon positif datang dari siswa maupun guru pendamping. Para siswa terlihat bersemangat saat secara bergantian diminta menunjukkan lokasi kota di peta 3D. Suasana belajar yang biasanya pasif menjadi lebih hidup dengan banyaknya pertanyaan dan interaksi.

Seorang guru pendamping di SDN Sukun 2 mengakui efektivitas media ini. “Biasanya mereka cepat bosan ketika hanya melihat peta di buku. Tapi dengan Smart Box Explorer Map, mereka bisa memegang dan melihat langsung bentuk Pulau Jawa secara nyata. Itu membuat mereka lebih mudah memahami dan mengingat,” ujarnya.

Inisiatif yang dilakukan oleh mahasiswa UMM ini menjadi pengingat penting bagi para pendidik dan orang tua bahwa setiap anak memiliki cara belajar yang unik. Bagi siswa dengan kebutuhan khusus seperti slow learner, alat peraga yang kreatif dan interaktif bukan sekadar pelengkap, melainkan kunci utama untuk membuka pemahaman.

Keberhasilan program ini membuktikan bahwa dengan pendekatan yang tepat, setiap anak dapat belajar secara efektif dan menyenangkan sesuai dengan kemampuan mereka.(Saif/Dev)