Kota Malang, Zona Malang – Denyut nadi ekonomi dan mobilitas warga di kawasan Sonokembang, Pandanwangi, Blimbing Kota Malang yang sempat terputus, akhirnya akan segera tersambung kembali. Pemerintah Kota (Pemkot) Malang pada Senin (3/11) telah memulai pembangunan Jembatan Bailey sementara, sebagai respons cepat untuk menggantikan jembatan lama yang ambruk diterjang banjir pada 10 Oktober lalu.

Proyek darurat yang menelan anggaran Rp350 juta ini ditargetkan rampung hanya dalam 20 hari kerja. Pembangunan ini menjadi prioritas utama setelah ambruknya jembatan tersebut memaksa warga, termasuk anak-anak sekolah, untuk mengambil rute memutar yang jauh atau mengandalkan jembatan bambu swadaya yang berisiko.

Kepala DPUPRPKP Kota Malang, Dandung Djulharjanto, menegaskan bahwa pengerjaan ini adalah instruksi langsung dari Wali Kota untuk memulihkan akses secepat mungkin. “Kami menargetkan pembangunan Jembatan Bailey rampung dalam 20 hari. Hari ini dimulai dengan pekerjaan fondasi atau plendes,” ujar Dandung. Pemilihan Jembatan Bailey, menurutnya, adalah keputusan teknis terbaik karena konstruksi baja modular ini dikenal kuat dan bisa dirakit dengan sangat cepat.

Jembatan Bailey sendiri merupakan sebuah keajaiban rekayasa yang awalnya dirancang untuk kebutuhan militer. Fungsinya adalah sebagai jembatan darurat yang bisa dipasang dalam hitungan hari untuk dilalui kendaraan berat, bahkan tank. Di masa damai, teknologi ini menjadi solusi standar untuk penanganan bencana, memungkinkan konektivitas pulih jauh lebih cepat daripada menunggu pembangunan jembatan beton konvensional.

Sebelum alat berat diturunkan, DPUPRPKP telah melakukan sosialisasi intensif dengan seluruh elemen masyarakat setempat, mulai dari RT/RW hingga Babinsa. Warga pun menyambut proyek ini dengan antusiasme tinggi. Sebagai bentuk dukungan dan harapan, masyarakat sekitar menggelar tradisi “bancakan” atau doa bersama di lokasi proyek agar proses pembangunan diberi kelancaran dan keamanan.

Menariknya, Dandung Djulharjanto juga meluruskan simpang siur informasi mengenai anggaran. Ia menegaskan bahwa dana Rp350 juta ini diambil dari anggaran insidental dinas, bukan dari pos Belanja Tidak Terduga (BTT). “Awalnya kami rencanakan pakai BTT, tapi karena tidak memenuhi klausul kedaruratan—mengingat wilayah tidak terisolasi total berkat adanya jembatan bambu swadaya warga—maka dipakai anggaran insidental. Informasi yang menyebut Rp2,5 miliar itu tidak benar,” tegasnya.

Selama proses pengerjaan fondasi dan perakitan jembatan Bailey, jembatan bambu swadaya yang dibangun warga beberapa waktu lalu akan tetap difungsikan sebagai akses darurat. Ketua RW 05 Sonokembang, Miskun, menyatakan kegembiraannya.

“Kami senang akhirnya jembatan Bailey segera dibangun. Ini akses utama warga RW 5 dan sekitarnya. Kalau selesai, aktivitas ekonomi warga bisa lancar lagi,” ungkapnya, seraya berkomitmen bahwa warga akan turut menjaga keamanan material proyek.

Penting untuk dicatat bahwa Jembatan Bailey ini adalah solusi jangka pendek. Pemkot Malang telah memproyeksikan langkah selanjutnya. Dandung menambahkan, pembangunan jembatan permanen yang baru sudah masuk dalam anggaran tahun 2026 dengan nilai Rp5,3 miliar. Jembatan baru itu nantinya akan lebih lebar, ditingkatkan dari 5,5 meter menjadi 7,5 meter, dan akan dilengkapi trotoar di kedua sisinya.

Bagi Anda sebagai warga di sekitar Pandanwangi dan Sonokembang, pembangunan Jembatan Bailey ini adalah kabar yang sangat penting. Ini bukan sekadar janji, melainkan solusi teknik yang cepat dan konkret atas masalah mobilitas Anda.

Respons cepat Pemkot ini menunjukkan bahwa keluhan Anda didengar. Kehadiran jembatan sementara yang kuat ini akan memulihkan kembali aktivitas ekonomi dan sosial Anda dalam hitungan minggu, sekaligus memberikan pemerintah waktu yang cukup untuk merencanakan pembangunan jembatan permanen yang lebih besar dan lebih aman di tahun 2026.