Zonamalang.com – Ratusan kepala desa (kades) dari berbagai penjuru Jawa Timur berkumpul di Kota Malang pada Rabu (5/11) kemarin. Namun, ini bukan kunjungan wisata. Ini adalah “waktu sekolah”, di mana para kades tersebut dikumpulkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur untuk mengikuti pelatihan teknis intensif mengenai tata kelola pemerintahan. Tujuannya: memastikan para pemimpin di garda terdepan ini paham aturan main terbaru dan punya solusi jitu untuk tantangan di wilayahnya.
Asisten Administrasi Umum Sekdaprov Jatim, Akhmad Jazuli, menjelaskan bahwa di era yang serba cepat ini, seorang kades tidak bisa lagi hanya mengandalkan intuisi. Regulasi baru dari pemerintah pusat dan provinsi terus bergulir. Pelatihan ini menjadi krusial untuk memperbarui wawasan mereka.
“Dari pelatihan ini, para kepala desa lebih meningkat wawasannya tentang regulasi terbaru,” ujar Jazuli. Selain itu, momen ini menjadi ajang “curhat” dan berbagi strategi antar kades untuk mencari solusi terbaik bagi warganya.
Mengapa pelatihan ini begitu penting bagi Jawa Timur? Karena provinsi ini adalah pemegang “gelar juara bertahan” nasional. Berdasarkan data, Jawa Timur memiliki jumlah Desa Mandiri terbanyak di seluruh Indonesia. Dari total 20.503 Desa Mandiri secara nasional, sekitar 23% atau 4.716 desa di antaranya berada di Jatim. Status “Mandiri” ini adalah level tertinggi yang bisa dicapai sebuah desa, menunjukkan bahwa mereka sudah kuat secara sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Memiliki ribuan desa yang sudah “lulus” ke level tertinggi ini adalah sebuah prestasi besar, namun di sisi lain juga menjadi beban. Pemprov Jatim sadar betul bahwa mempertahankan status ini jauh lebih sulit daripada meraihnya. Di sinilah letak urgensi pelatihan di Malang kemarin.
Para kades yang sudah berhasil ini ibarat “tim elit” yang harus terus di-upgrade kemampuannya agar tidak terlena dan tetap adaptif terhadap perubahan zaman, baik itu perubahan regulasi, teknologi, maupun tantangan sosial baru di masyarakat.
Bagi Pemprov Jatim, investasi pada kapasitas para kades ini adalah strategi paling jitu untuk satu tujuan akhir: mengentaskan kemiskinan. Logikanya sederhana, semakin mandiri dan semakin baik tata kelola sebuah desa, semakin sejahtera warganya. Upaya ini tampaknya membuahkan hasil.
Data menunjukkan, angka kemiskinan di Jawa Timur terus mencatatkan tren penurunan, dari 8,75 persen pada September 2024 menjadi 8,47 persen pada Maret 2025. Para kades inilah yang menjadi motor penggerak utama di lapangan untuk menekan angka tersebut lebih jauh lagi.
Pelatihan teknis bagi ratusan kades ini menjadi sebuah kabar penting bagi Anda, warga Jawa Timur. Ini bukan sekadar rapat birokrasi yang menghabiskan anggaran. Ini adalah investasi nyata Pemprov pada “manajer” di wilayah Anda.
Dengan memastikan kepala desa Anda paham regulasi terbaru, melek teknologi, dan punya solusi kreatif hasil sharing dengan kades lain, Pemprov sedang berupaya memastikan bahwa dana desa dan program-program pemerintah lainnya dapat berjalan lebih efektif, transparan, dan pada akhirnya, benar-benar berdampak pada peningkatan kualitas hidup di lingkungan Anda.