Malang – Hasil survei gabungan BPBD Kabupaten Malang, Japan Society of Civil Engineering (JSCE), dan Perum Jasa Tirta I (PJT I) di sepanjang DAS Brantas dan Bendungan Sutami membuka peluang kerjasama teknologi untuk mengatasi masalah banjir di Malang Raya.

Isa Anshori, pejabat fungsional BPBD Kabupaten Malang, menjelaskan, “Kami tertarik dengan teknologi deteksi banjir yang dikembangkan Jepang. Sistem mereka mampu memprediksi banjir hingga 6 jam sebelum kejadian dengan tingkat akurasi tinggi.”

Sementara itu, ahli dari JSCE memaparkan beberapa opsi teknologi yang bisa diterapkan di Malang. “Kami bisa menggunakan kombinasi sensor air, radar cuaca, dan kecerdasan buatan untuk membuat sistem peringatan dini yang handal,” ujar Prof. Tanaka, ketua tim JSCE.

Rahmad Aji, pejabat BPBD lainnya, menambahkan, “Selain teknologi canggih, kami juga mempertimbangkan solusi berbasis alam atau nature-based solutions untuk mengurangi risiko banjir.”

PJT I, sebagai pengelola Bendungan Sutami, menyambut baik rencana penerapan teknologi baru ini. “Kami siap mendukung implementasi sistem peringatan dini. Ini akan sangat membantu manajemen air di bendungan,” kata Direktur Teknik PJT I.

BPBD Kabupaten Malang kini tengah menyusun proposal untuk pengadaan sistem peringatan dini berbasis teknologi Jepang. “Kami berharap bisa mengimplementasikan sistem ini sebelum musim hujan tahun depan,” ujar Kepala BPBD Kabupaten Malang.

Selain teknologi, BPBD juga akan fokus pada edukasi masyarakat. “Kami akan mengadakan simulasi banjir dan pelatihan evakuasi rutin untuk warga di sekitar DAS Brantas,” tambah Rahmad Aji.

Langkah ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk akademisi dan aktivis lingkungan. Dr. Sutrisno dari Universitas Brawijaya mengomentari, “Ini langkah maju dalam mitigasi bencana. Tapi jangan lupa, pelestarian lingkungan tetap kunci utama pencegahan banjir.”

Sementara itu, Greenpeace Indonesia menyoroti pentingnya pelestarian hutan di hulu DAS Brantas. “Teknologi penting, tapi jangan lupakan peran hutan sebagai penyerap air alami,” kata juru bicara mereka.

Dengan adanya rencana implementasi teknologi canggih ini, masyarakat Malang Raya diharapkan bisa lebih tenang menghadapi musim hujan. Namun, BPBD mengingatkan bahwa teknologi bukan satu-satunya solusi. “Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan tetap menjadi kunci utama pencegahan banjir,” tutup Isa Anshori.