Zona Malang – Pengelola Terminal Purabaya di Surabaya telah meningkatkan pengawasan secara ketat di seluruh kawasan terminal menyusul kejadian tak terduga yang melibatkan seorang pria yang diduga mengalami gangguan jiwa (ODGJ). Insiden ini terjadi pada malam Jumat, 14 November 2025, ketika pria tersebut memasuki sebuah bus dan menyebabkan keributan di antara penumpang.
Peristiwa dimulai saat Bus Harapan Jaya dengan rute Surabaya–Kediri sedang bersiap untuk berangkat dari terminal. Menurut keterangan resmi dari Humas Terminal Tipe A Purabaya, Ilham Brilian, pria tanpa identitas itu tiba-tiba naik ke dalam bus yang sudah dipenuhi penumpang.
Ilham menjelaskan bahwa kru bus awalnya berusaha menangani situasi dengan sopan. Salah satu anggota kru meminta pria tersebut untuk maju ke bagian depan agar penumpang lain yang masih berdiri di pintu bisa masuk dengan nyaman.
“Permintaan itu disampaikan dengan baik-baik, karena kondisi bus sudah ramai dan ada yang terhalang di pintu masuk,” kata Ilham saat diwawancarai pada Selasa, 18 November 2025.
Namun, respons pria tersebut justru tidak terduga. Ia merasa tidak terima dan langsung menantang kru bus untuk berkelahi, yang membuat suasana semakin tegang.
Lebih mengejutkan lagi, pria itu sempat mengklaim dirinya sebagai seorang nabi, yang semakin menambah kekacauan di dalam bus.
Akibatnya, para penumpang menjadi panik. Banyak yang berteriak histeris karena merasa terancam oleh perilaku tidak terkendali tersebut.
“Suasana di dalam bus menjadi sangat ramai dan tidak terkendali, terutama setelah pria itu menantang kru Bus Harapan Jaya sambil mengaku sebagai nabi,” tambah Ilham.
Mendengar laporan dari kru bus, petugas terminal segera bertindak cepat. Mereka mendatangi lokasi dan mengamankan pria tersebut untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Pria itu kemudian dibawa keluar dari terminal melalui pintu barat di kawasan Waru, memastikan keamanan bagi penumpang dan kru yang tersisa.
“Petugas kami langsung mengeluarkan pria tanpa identitas itu dari area terminal setelah menerima laporan,” ujar Ilham.
Fenomena keberadaan ODGJ di sekitar terminal bukanlah hal baru bagi pengelola. Ilham mengungkapkan bahwa hampir setiap minggu, mereka menemukan individu serupa yang berkeliaran di berbagai spot.
Beberapa ODGJ sering terlihat di area shelter penumpang, sementara yang lain bahkan nekat naik ke armada bus yang sedang parkir atau siap berangkat.
“Kasus seperti ini rutin terjadi, dan kami selalu berupaya menanganinya dengan cepat untuk menjaga kenyamanan pengguna terminal,” tutup Ilham.
Dari insiden ini, terlihat bahwa pengawasan yang lebih ketat memang diperlukan, tetapi juga menyoroti isu lebih luas terkait penanganan ODGJ di ruang publik.
Masyarakat dan pemerintah daerah perlu memperhatikan akses layanan kesehatan mental yang lebih baik, kerjasama dengan instansi sosial untuk pencegahan, serta edukasi bagi petugas transportasi agar bisa menangani situasi serupa tanpa memicu konflik lebih besar, demi menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif bagi semua pihak.